Energi baru dan terbarukan (New and
Renewable Energy) sering kita dengar tetapi sayangnya tidak pernah dinikmati
dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat umum. Dimulai dari energi baru dan
terbarukan bahan bakar gas hingga Bioethanol (alkohol) termasuk Biogas.
Hasil riset dan pengembangan dibidang
energi baru dan terbarukan seakan-akan hanya menjadi konsumsi berita dan hanya
berhenti di Laboratorium.
Hal ini dikarenakan tidak menariknya
usaha dibidang energi baru dan terbarukan jika diterapkan di masyarakat selain
kebijakan pemerintah yang tidak memihak dan konsisten. Usaha yang tidak menarik
karena kebutuhannya tidak besar dibandingkan dengan kebutuhan bahan bakar
minyak (BBM) dan batubara.
Kebutuhan akan bahan bakar minyak
(BBM) meningkat tajam di abad 21 karena adanya permintaan bahan bakar minyak (BBM)
pada mesin pembakaran dalam (internal combustion engine). Bahan bakar minyak
yang dipakai pada mesin penggerak seperti pada motor roda dua, mobil,
pembangkit tenaga listrik, mesin penggerak di industri dan lain-lain.
Sementara semua negara
maju saat ini berlomba-lomba beralih ke energi yang lebih hijau yaitu gas dan
mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) dan batubara sebagai sumber
energi.
Hal
ini dikarenakan kegiatan riset dan pengembangan termasuk kegiatan inovasi tidak
memperhatikan satu kesatuan ekosistem usaha yang seharusnya di awali dari hulu
dan diakhiri di hilir.
Dihulu
dengan membangun pos-pos industri energi baru dan terbarukan dengan
infrastrukturnya. Sementara di hilir sebaiknya bahan bakar alternatif tersebut
bisa dipakai pada mesin penggerak dan bukan pada kompor saja untuk keperluan
memasak.
Untuk
itu dihilir sebaiknya dikembangkan suatu alat agar energi baru dan terbarukan
dapat dipergunakan sepenuhnya di mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang tadinya biasa
menggunakan bahan bakar minyak (BBM).
Peralatan
yang dapat merubah (mengkonversi) kinerja mesin yang tadinya hanya dapat menggunakan
bahan bakar minyak (BBM) menjadi dapat menggunakan bahan bakar alternatif
lainnya dinamakan Konverter Kit.
Peralatan
konversi (Konverter Kit) seharusnya dikembangkan dengan benar dan konsisten
sehingga kinerja mesin saat menggunakan bahan bakar alternatif seperti gas dan Bioethanol
(alkohol) menjadi lebih baik bukannya menurun performanya atau membuat mesin
menjadi rusak atau menjadi tidak efisien.
Menurunnya
minat pengguna bahan bakar gas (BBG) dimobil dan tidak bertambahnya jumlah SPBG
adalah suatu bukti ketidakberhasilan pemerintah dalam menjalankan konversi BBM
ke BBG di Indonesia. Walaupun produk konverter kit dibagi-bagikan menggunakan
APBN tetapi pengguna mencopot kembali peralatan konversi tersebut dari mobil
mereka karena penggunaan gas menurunkan performa dan efisiensinya tidak begitu
signifikan. Selain itu harga produk konverter kit mahal dan jumlah SPBG yang
tidak banyak mempersulit konsumen.
Menurunnya
performa mesin yang menggunakan bahan bakar gas (BBG) sebenarnya sudah dapat
diperhitungkan dengan baik dan benar dimobil dengan desain kompresi sesuai
dengan nilai oktan bahan bakar minyak (BBM). Sementara nilai oktan bahan bakar
gas (BBG) jenis CNG sangat tinggi (oktan 120) sehingga perlu pengembangan
lanjutan sehingga bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna dan tidak bisa
begitu saja diterima produk dari luar atau impor yang mana kondisinya berbeda
dengan Indonesia.
Demikian
juga dengan program bagi-bagi mesin terkonversi menggunakan gas LPG di sektor
nelayan yang mana program ini juga sudah dapat dipastikan tidak akan berjalan
dengan baik untuk mendukung program maritim oleh pemerintah. Hal
ini dikarenakan peralatan konversi menggunakan produk Konverter Kit Generasi
Pertama dengan cara kerja mekanik murni dan sistem terbuka (open system), cara kerjanya hanya
dengan menurunkan tekanan gas dalam tabung yang tinggi untuk memberikan jumlah
gas yang cukup kedalam ruang bakar mesin. Jika regulator terpasang dan dibiarkan
gas mengalir maka gas akan terus menerus keluar membuat jumlah gas akan
menjadi berlebihan dan dengan demikian membuat mesin susah hidup karena bahan bakar
terlalu banyak. Demikian juga jika kodisi tabung dingin membuat tekanan menjadi
berkurang yang pada akhirnya membuat mesin susah hidup. Belum lagi pada saat
mesin bekerja menggunakan gas maka besar kecilnya kebutuhan bahan bakar gas
tidak dapat diatur. Tidak ada yang dapat membesarkan jumlah gas pada saat mesin
pada kondisi memiliki beban besar atau akselerasi tinggi atau sebaliknya. Hal
ini dapat membuat mesin menjadi panas karena kekurangan atau kelebihan bahan
bakar, karena jumlah gas diatur hanya diawal secara pasif dan tidak mengikuti dinamika
mesin.
Inovasi
Teknologi Indonesia menghasilkan peralatan Konverter Kit Generasi Kedua dengan
sistem elektronik menggunakan injector dengan sistem tertutup (close system).
Gas akan dan hanya dapat keluar mengalir kedalam ruang bakar mesin jika
injector terbuka yang diatur oleh timing putaran mesin dan besarnya gas diatur
oleh besarnya puls injector. Dengan sistem inilah maka semua mesin dunia dapat
dikonversi menggunakan beragam bahan bakar alternatif. Efisiensi yang dicapai
akan tinggi dan mesin menjadi awet dan tahan lama karena pembakaran yang benar
dalam ruang bakar dengan jumlah gas yang terukur dengan baik.
Teknologi
ini sebenarnya sudah diterapkan di mobil era sekarang menggunakan sensor,
processor (ECU) dan actuator sehingga mobil jaman sekarang sangat efisien
dengan performa yang tinggi dibandingkan dengan sistem karburator sebelum tahun
1990. Sistem otomatisasilah diterapkan pada mesin mobil sehingga bahan bakar
lebih efisien.
Menggunakan
disiplin ilmu Mechatronik maka lahirlah teknologi ini dan inovasi teknologi
Indonesia menerapkannya pada mesin-mesin kecil, murah dan simpel di sektor nelayan dan
pertanian.
Lahirlah
Konverter Kit Generasi Kedua yang menggunakan sistem ECU dengan kinerja
elektronik yang lebih presisi dibandingkan kinerja mekanik. Konverter kit yang
lebih unggul dengan memindahkan teknologi canggih di mobil ke mesin kecil,
murah dan simpel.
Inovator
Indonesia memulai lebih dahulu untuk menerapkan teknologi ini disektor nelayan
dan pertanian dibandingkan dengan penemu teknologi ini (sistem ECU) di mobil
dan juga inovator Indonesia hanya menerapkan peralatan konversi pada
mesin-mesin yang sudah beredar.
Penggunaan
produk Konverter Kit Generasi Kedua sudah dapat dipasangkan pada semua jenis mesin
dunia, apakah itu berbahan bakar minyak jenis Bensin atau jenis Solar. Bermacam-macam
jenis bahan bakar alternatif dapat juga dipergunakan seperti bahan bakar gas
jenis LPG (Liquid Petroleum Gas), jenis Natural Gas (Gas Alam) dalam bentuk CNG
(Compressed Natural Gas) dan LNG (Liquid Natural Gas), serta bahan bakar
renewable energy seperti Bioethanol (alkohol, seperti di Amerika dan Brazil),
Biogas, DME (Dimethyl Ether), Gastifikasi maupun Hidrogen.
Yang
membedakan produknya adalah jenis mesin dan bahan bakar yang dipilih dengan dispilin
setting dan tuning yang berbeda, menggunakan load atau beban yang sesuai dengan
kapasitas mesin dan jenis bahan bakarnya.
Jika
Inovasi Teknologi Indonesia ini benar-benar diangkat di tanah air tercinta ini maka
daya ungkit akan terlihat nyata dan mengangkat indeks daya saing Indonesia
dimata dunia. Ketahanan dan Kemandirian energi Indonesia akan menjadi nyata
serta ketergantungan akan impor energi menjadi menurun. Konversi energi di hulu
dan hilir menjadi nyata adanya.
Oleh : Dipl. -Ing. A. Hakim Pane
No comments:
Post a Comment